Sabtu, 02 Juni 2012

Hilang sudah rasa pendidikan pada anak Jalanan


Foto Ilustrasi 

Kisah tentang anak jalanan bukan pemandang yang asing atu bahkan kita dengar di Ibu Kota Indonesia ini. Beberapa dari masyarakat Jakarta, merasa iba dan kasihan dengan pengamen, pengemis dan anak anak yang hidup dijalanan, tetapi tidak sedikit juga yang merasa tidak peduli dengan kehidupan anak jalanan, pengamen, dan pengemis di Jakarta.


Seperti di daerah Jatinegara, Jakarta Pusat. Terdapat sekumpulan anak jalanan yang kira kira berusia 8 tahun, sedang mengamen di lampu merah, Nampak dari kejauhan kegitan yang dilakukan oleh anak jalanan ini di awasi oleh orang dewasa yang menunggu dibawah jembatan untuk menerima hasil dari anak anak jalanan ini. Hal ini sungguh pemandangan yang menyedihkan di Ibu Kota Indonesia ini. Dan bukan hanya itu saja, orang orang dewasa yang malas bekerja, dengan hanya bermodalkan membawa atau menggendong seorang anak kecil untuk mendapat belas kasihan dari pengendara pengendara mobil dan memeberikan uang kepadanya. Hal ini bukan sesuatu hal yang asing dalam pemandangan di Jakarta.
Seperti yang mungkin sudah diduga banyak orang, para pengemis dan pengamen anak ini sudah melupakan pendidikan. Sebenarnya ada kesempatan untuk sekolah, tapi kemauan mereka yang sudah lenyap. Ketua LSM (lembaga swadaya masyarakat) SWARA, Endang Mintarja, yang bergiat untuk anak-anak jalanan di sekitar Jakarta Timur menyebut kondisi ini sebagai titik “aman” orang tua. Maksudnya, orang tua memang sengaja membiarkan anak-anaknya mengemis dan mengamen di jalanan. “Kenapa dibiarkan? Karena mereka juga mengambil keuntungan dari situ,” katanya. Lalu mengenai pendidikan, beberapa tahun ke belakang Endang dan beberapa timnya memberikan ke*sempatan kepada anak-anak ini untuk sekolah. Masalah biaya SWARA akan berusaha membantu.
Namun kenyataannya tak banyak orang tua dan anak-anak yang tertarik dengan program ini. Mereka lebih senang di jalanan ketimbang harus duduk dan belajar di sekolah. Endang bahkan sudah mengalokasikan uang bagi anak-anak yang mau belajar. Mi*salnya, setiap hari Jumat dan Sabtu SWARA mengundang anak-anak jalanan untuk belajar di kantor SWARA di bilangan Prumpung. Bagi anak yang hadir akan diberikan uang sebesar Rp10 ribu. “Uang itu hitung-hitung sebagai ganti rugi mereka mengamen dan mengemis,” tuturnya.


By : Dian Kusumo Hapsari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar